Kimia Farma Laboratorium & Klinik

Artikel

Kupas Tuntas Hepatitis B: Tantangan Global di Tengah Rendahnya Kesadaran Masyarakat

Dalam lima dekade terakhir, infeksi virus hepatitis B (HBV) menunjukkan tingkat endemisitas yang  tinggi secara global terutama pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menjadi tantangan besar di berbagai negara berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2022, terdapat 254 juta orang yang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis, dengan tambahan 1,2 juta infeksi baru setiap tahunnya, jumlah kematian akibat hepatitis virus juga semakin meningkat. Penyakit ini merupakan penyebab kematian akibat infeksi yang kedua paling tinggi di dunia, dengan sekitar 1,3 juta kasus kematian setiap tahunnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, angka hepatitis B akut dan jumlah penderita kronis dengan antigen permukaan hepatitis B mengalami penurunan di beberapa negara. Hal ini berkat pelaksanaan program vaksinasi universal HBV yang dimulai sejak tahun 1990-an. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Imran Pambudi, pada Juli 2024, prevalensi hepatitis B di Indonesia menurun dalam 10 tahun terakhir. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan, prevalensi hepatitis B turun dari 7,1% pada 2013 menjadi 2,4% pada 2023. Meskipun demikian, sejumlah negara masih menghadapi kesulitan dalam menjalankan program-program ini yang menyebabkan prevalensi infeksi kronis tetap tinggi, terutama di daerah pedesaan yang memiliki akses terbatas untuk vaksinasi dan pengobatan serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang cara pencegahan dan stigma terhadap penderita juga memperluas penyebaran.

1. Apa itu Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi yang disebabkan oleh virus DNA (HBV) yang menyerang hati, sehingga menimbulkan kerusakan sel dan peradangan. Infeksi ini dapat bersifat akut maupun kronis, dengan gejala yang bervariasi dari ringan hingga parah. Hepatitis B kronis (CHB) didiagnosis ketika antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) tetap terdeteksi dalam darah selama setidaknya enam bulan. Virus ini pada awalnya dianggap sebagai virus yang unik dan berbeda dari virus-virus lain. Namun, seiring dengan penelitian dan pemahaman yang semakin mendalam, kini HBV telah diidentifikasi dan dikenal luas sebagai bagian dari keluarga hepadnavirus. Keluarga ini terdiri dari virus-virus hepatotropik yang memiliki materi genetik dalam bentuk DNA. Dalam klasifikasi ilmiah, HBV sekarang ditetapkan sebagai hepadnavirus tipe 1, yang menunjukkan posisi dan karakteristiknya dalam grup virus ini.

2. Penularan Hepatitis B 

Umumnya penularan virus Hepatitis B dibagi menjadi dua yaitu penularan secara horizontal dan vertikal:

  1. Penularan horizontal terjadi dari individu yang terinfeksi virus Hepatitis B ke individu sehat lainnya.
  2. Penularan vertikal yaitu penularan virus yang terjadi dari ibu ke bayinya pada saat antara 28 minggu dalam kandungan hingga 7 hari setelah dilahirkan (perinatal)

Lebih jelasnya, virus Hepatitis B dapat menyebar melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi. Ini termasuk air liur, cairan menstruasi dan vagina, cairan seminal atau cairan semen, kolostrum, ASI, serta cairan tubuh lainnya. Virus ini juga bisa menyebar secara tidak sengaja selama prosedur medis, bedah, atau gigi jika terpapar sejumlah kecil darah, atau melalui benda tajam yang terkontaminasi, jarum suntik dan jarum yang tidak disterilkan, penggunaan narkoba intravena, penataran, tindik tubuh, dan akupunktur. Virus Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui penularan secara seksual.

Daerah dengan tingkat endemik yang tinggi seperti di Asia tenggara, termasuk Indonesia, Penularan hepatitis B dari ibu yang terinfeksi kepada bayi baru lahir merupakan tantangan serius dalam upaya mengeliminasi hepatitis B sebagai ancaman kesehatan masyarakat. Penularan ini terjadi selama proses persalinan dan sering kali berakibat pada infeksi jangka panjang pada anak, yang meningkatkan risiko komplikasi hati di kemudian hari.

3. Gejala dan Diagnosis

Gejala pada virus Hepatitis B dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap akut dan tahap kronis:

Hepatitis B akut (penyakit jangka pendek) yang dapat menyebabkan gejala seperti demam, kelelahan, hilangnya selera makan, mual, muntah, serta jaundis (kulit atau mata berwarna kuning, urin berwarna gelap, dan tinja berwarna seperti tanah liat). Selain itu, dapat juga menyebabkan nyeri pada otot, sendi, dan perut.

Hepatitis B kronis (penyakit jangka panjang) terjadi jika virus tersebut berada di tubuh seseorang selama 6 bulan lebih. Sebagian besar orang yang terkena hepatitis B kronis tidak menunjukkan gejala meski kondisi ini sangat serius. Hepatitis B kronis dapat mengakibatkan kerusakan hati (cirrhosis), kanker hati, dan bahkan kematian. Orang yang terinfeksi hepatitis B secara kronis dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain, meskipun mereka tidak menunjukkan gejala atau merasakan sakit.

4. Pencegahan Virus Hepatitis B

Cara paling efektif untuk mencegah hepatitis B adalah melalui vaksinasi. Vaksin hepatitis B aman dan sangat efektif untuk hampir semua orang, karena terbuat dari bagian dari virus hepatitis B. Vaksin ini tidak dapat menyebabkan infeksi hepatitis B. Umumnya, vaksin diberikan dalam 2 hingga 4 dosis, dengan interval waktu antara 1 hingga 6 bulan.

Menurut Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) vaksinasi direkomendasikan untuk:

  • Bayi harus diberikan 24 jam setelah lahir yang biasanya akan selesai ketika bayi berusia 6 hingga 18 bulan.
  • Anak-anak yang belum pernah divaksinasi sebelumnya (kurang dari usia 19 tahun).
  • Orang dewasa di bawah usia 19-59 tahun.
  • Orang dewasa usia 60 tahun ke atas yang berisiko tinggi terkena virus hepatitis B.

Terdapat beberapa kelompok yang dapat menerima vaksinasi hepatitis B antara lain: Orang dewasa usia 60 tahun ke atas yang berisiko tinggi terkena virus hepatitis B maupun tenaga kesehatan dan tenaga medis sebagai kelompok dengan risiko tertinggi terpapar virus Hepatitis B.

Sedangkan, beberapa kelompok yang tidak dianjurkan untuk vaksinasi virus Hepatitis B yaitu:

  • Pernah mengalami reaksi alergi setelah dosis sebelumnya dari vaksin hepatitis B, atau memiliki alergi parah yang mengancam jiwa.
  • Bayi dengan berat lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.000 gram mungkin memerlukan penundaan vaksinasi hingga mencapai berat badan yang memadai, kecuali jika ada risiko tinggi terinfeksi hepatitis B.

Vaksinasi hepatitis B tetap dapat dilakukan meskipun seseorang belum divaksinasi saat kecil. Vaksin ini bahkan sangat dianjurkan bagi orang dewasa yang belum pernah menerima vaksinasi sebelumnya, terutama bagi mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi. Tidak hanya memberikan perlindungan jangka panjang terhadap infeksi hepatitis B, vaksinasi juga efektif sebagai tindakan pencegahan pasca-paparan (post-exposure prophylaxis) jika seseorang baru saja terpapar virus hepatitis B (HBV).

Menurut World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), vaksinasi pasca-paparan harus diberikan sesegera mungkin, idealnya dalam waktu 24 jam setelah paparan, untuk memaksimalkan efektivitasnya. Proses ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIG) untuk memberikan perlindungan langsung sementara tubuh membangun kekebalan jangka panjang melalui vaksin.

Selain vaksinasi, berikut beberapa cara lain untuk mencegah hepatitis B:

  1. Berhubungan Seks dengan Aman
    • Gunakan alat kontrasepsi dengan benar setiap kali berhubungan seksual.
    • Gunakan pelumas saat melakukan hubungan seksual, terutama pada aktivitas yang berisiko menyebabkan gesekan berlebih.
  1. Hindari Berbagi Jarum Suntik
    • Gunakan peralatan baru dan steril setiap kali menyiapkan atau menyuntikkan obat.
  1. Pilih Tempat Tato dan Tindik yang Aman
    • Kunjungi hanya studio profesional yang telah diperiksa dan disetujui oleh otoritas kesehatan setempat.
    • Pastikan peralatannya steril dan aman.

Yuk, cegah virus Hepatitis B!

Hepatitis B sangat menular terutama bagi orang dengan resiko penularan yang tinggi.  Penyakit ini 50–100 kali lebih menular daripada HIV, sehingga pencegahan sangatlah penting. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, terutama melalui program vaksinasi universal yang terbukti efektif menurunkan prevalensi hepatitis B. Vaksinasi direkomendasikan untuk semua usia, mulai dari bayi yang divaksin dalam 24 jam setelah lahir hingga orang dewasa dan khususnya kelompok berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan.

Selain mencegah infeksi jangka panjang, vaksinasi juga dapat digunakan setelah adanya paparan virus untuk memberikan perlindungan segera, terutama jika dikombinasikan dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG). Cegah virus Hepatitis B dengan vaksinasi adalah kunci utamanya. Kunjungi Klinik Kimia Farma terdekat untuk mendapatkan vaksinasi. Dengan ini Anda tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga membantu mengurangi penyebaran sekitar.

References:
  • Bastiangga, and R. Hapsari.(2019).Profil imunitas terhadap virus hepatitis B pada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal), 8(4),1338-1350.
  • Centers for Disease Control and Prevention. (2024, November 27). Hepatitis B vaccine administration. Centers for Disease Control and Prevention.
  • World Health Organization. (2024). Guidelines for the prevention, diagnosis, care and treatment for people with chronic hepatitis B infection. Geneva: World Health Organization Licence: CC BY NC-SA 3.0 IGO
  • World Health Organization. (2024, January 11). Melindungi Kesehatan Ibu Dan Anak: Pemberian Antivirus Untuk Pencegahan penularan hepatitis B di indonesia. World Health Organization.

Syarat dan ketentuan

× Contact Us!