Kimia Farma Laboratorium & Klinik

Artikel

Memahami Gejala hingga Pencegahan Varicella Zoster

  1. Cacar Air (Varicella Zoster)

Cacar air (varicella zoster) merupakan infeksi penyakit yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan merupakan virus yang sama dengan penyebab cacar api atau istilah medis dikenal sebagai Herpes Zoster Virus (HZV). Penyakit ini termasuk dalam kategori self-limiting disease, artinya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan khusus. Biasanya, seseorang hanya akan terpapar virus cacar air satu kali seumur hidup, meskipun varicella tidak kambuh, virusnya dapat menetap dan ketika imunitas melemah kemudian reaktivasi menjadi herpes zoster. Cacar air umumnya merupakan penyakit yang ringan. Namun, kondisi ini dapat menjadi serius apabila dialami oleh kelompok tertentu. Di Indonesia, cacar air sudah dikenal sejak lama dan menjadi penyakit umum di masyarakat. Pencegahan yang efektif dapat dilakukan melalui vaksinasi yang mulai tersedia sejak tahun 1990-an. Vaksin ini terbukti dapat mengurangi risiko infeksi dan komplikasi, sehingga penting untuk dilakukan sebagai langkah pencegahan yang tepat.

  1. Penyebaran Cacar Air (Varicella Zoster)

Cacar Air sangat menular dan dapat menyebar dengan mudah dari orang yang terinfeksi kepada siapa pun yang belum terkena cacar air sebelumnya dan belum mendapat vaksin cacar air, penularan tersebut dapat melalui:

    1. Kontak langsung dengan penderita cacar air.
    2. Paparan cairan dari penderita cacar air seperti keringat, bersin dan batuk.
    3. Memegang atau menyentuh secara langsung atau tidak langsung barang-barang yang sebelumnya digunakan oleh penderita cacar air.

Tindakan pencegahan untuk meminimalkan penyebaran cacar air perlu dilakukan mengingat virus ini sangat menular, tindakan tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah cermat seperti:

    1. Menutup mulut saat batuk ataupun bersin dan  membuang tisu bekas pakai ke tempat sampah serta rajin mencuci tangan dengan sabun.
    2. Pastikan jaga imunitas tubuh yang kuat dengan nutrisi seimbang, dengan asupan nutrisi yang tepat tubuh akan membangun pertahanan alami yang lebih tangguh terhadap paparan virus.
    3. Isolasi dan perlindungan khusus menghindari kontak dekat dengan penderita cacar air.
  1. Gejala Cacar Air (Varicella Zoster)

Virus cacar air hampir selalu menyebabkan gejala klinis pada individu yang rentan. Meskipun umumnya ringan pada anak-anak, infeksi cacar air cenderung lebih berat pada orang dewasa, ibu hamil dan imunokompromais (individu dengan daya tahan tubuh rendah). Dalam beberapa kasus, cacar air bahkan dapat berakibat fatal, terutama pada bayi baru lahir (neonatus) dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Penyakit ini ditandai oleh munculnya ruam gatal yang biasanya dimulai di area kulit kepala dan wajah, sering kali disertai demam dan rasa tidak enak badan. Seiring waktu, ruam ini menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk dada, punggung dan anggota tubuh. Lesi (kelainan atau luka pada kulit) berupa vesikel  (lenting berair) akan secara bertahap mengering, membentuk keropeng dan akhirnya hilang dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. Dalam gejala yang memungkinkan masuk ke tahap komplikasi yang lebih serius dapat meliputi infeksi kulit, radang paru-paru (pneumonia), peradangan pembuluh darah, radang jaringan otak atau radang selaput otak (ensefalitis atau meningitis), infeksi aliran darah, tulang atau persendian. jika gejala memburuk hingga muncul komplikasi maka memerlukan rawat inap.

  1. Pencegahan Cacar Air (Varicella Zoster)

Pencegahan cacar air dapat dilakukan dengan vaksin, sebagai tindakan yang efektif dan pasti. Vaksin cacar air pertama kali dikembangkan oleh Dr. Michiaki Takahashi, seorang ilmuwan asal Jepang yang memulai penelitiannya pada tahun 1970-an dan berhasil mengedarkan vaksin ini ke penderita di seluruh dunia pada tahun 1980. Di Indonesia, vaksin cacar air belum termasuk dalam kategori program imunisasi nasional. Namun, vaksin ini direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

  1. Siapa saja yang tidak dianjurkan untuk vaksinasi?

Pemberian vaksin tidak dianjurkan untuk diberikan kepada beberapa kelompok, beritahu petugas vaksin jika individu yang akan divaksin memiliki kondisi berikut:

    • Memiliki alergi berat terhadap komponen vaksin,  jika pernah mengalami reaksi alergi parah setelah menerima vaksin cacar air atau memiliki reaksi alergi terhadap komponen vaksin, disarankan untuk tidak divaksinasi.
    • Sedang hamil atau merasa akan hamil, hindari kehamilan setidaknya satu bulan setelah vaksinasi.
    • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti, kanker atau HIV/AIDS, atau sedang menjalani pengobatan seperti radiasi, imunoterapi, atau kemoterapi, maka sebaiknya menunda vaksinasi.
    • Memiliki orang tua, saudara laki-laki atau perempuan dengan riwayat masalah sistem kekebalan tubuh.
    • Penggunaan salisilat (misalnya aspirin), hindari penggunaan salisilat selama enam minggu setelah vaksinasi cacar air.
    • Baru saja menerima transfusi darah atau produk darah lainnya, vaksinasi mungkin harus ditunda selama tiga bulan atau lebih.
    • Jika menderita tuberkulosis, konsultasikan dengan tenaga medis terkait waktu yang tepat untuk vaksinasi.
    • Sudah mendapatkan vaksin lainnya dalam empat minggu terakhir karena bisa mempengaruhi efektivitas vaksin.
    • Sedang merasa tidak sehat atau sedang terkena penyakit ringan.
  1. Dosis Vaksin

Usia Dosis sesuai
Anak-anak berusia 12 bulan hingga 12 tahun. pada usia >1 tahun, diberikan sebanyak 1 kali.
Anak-anak  yang  berusia 13 tahun atau lebih yang belum mendapat vaksinasi sebelumnya dan belum pernah terkena virus. Diberikan 2 dosis dengan  jarak minimal 28 hari setelah pemberian dosis pertama dan setidaknya 3 bulan setelah dosis pertama untuk anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun.
Dewasa berusia 18 tahun lebih serta lansia. Diberikan 2 dosis (bulan ke-0 & 4-8 minggu kemudian).
 
  1. Efek Samping Vaksin

Vaksin adalah tindakan pencegahan yang paling aman, seperti halnya obat, vaksin juga bisa menimbulkan reaksi atau efek samping. Efek samping ini biasanya ringan, akan tetapi beberapa gejala yang serius dapat muncul meskipun jarang terjadi, efek samping tersebut antara lain:

    • Nyeri pada lengan akibat suntikan.
    • Demam
    • Kemerahan atau ruam di lokasi suntikan.

Jika terjadi, biasanya akan dimulai dalam dua minggu setelah vaksin diberikan. Peluang kejadian ini semakin menurun setelah dosis kedua dan efek samping yang lebih serius yang umum walau jarang terjadi ialah:

    • Kejang (tersentak atau terbelalak) seringkali berhubungan dengan demam.
    • Infeksi paru (pneumonia) atau selaput otak dan saraf tulang belakang (meningitis).
    • Ruam di sekujur tubuh.

Seseorang yang mengalami ruam setelah vaksin berpeluang menyebarkan virus kepada orang yang belum divaksin. Meskipun sangat jarang terjadi, siapa saja yang mengalami ruam harus menjaga jarak dari orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah hingga ruamnya menghilang.

References:
  • Immunization Action Coalition. (2018). Varicella vaccine information statement. Retrieved January 17, 2025, from https://www.immunize.org/wp-content/uploads/vis/indonesian_varicella.pdf
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Cacar air: Gejala, pencegahan, dan pengobatan. Retrieved January 17, 2025, from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2406/cacar-air-gejala-pencegahan-dan-pengobatan
  • World Health Organization. (2016). Norms and standards: Vaccine standardization – Varicella. Retrieved January 17, 2025, from https://www.who.int/teams/health-product-policy-and-standards/standards-and-specifications/norms-and-standards/vaccine-standardization/varicella
  • World Health Organization. (2014). Varicella and herpes zoster vaccines: WHO position paper. Retrieved January 17, 2025, from https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/242227/WER8925_265-287.PDF?sequence=1&isAllowed=y
× Contact Us!