Kimia Farma Laboratorium & Klinik

Artikel

Memahami Risiko Herpes Zoster dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

Herpes zoster, atau cacar api, semakin menjadi perhatian di Indonesia, terutama karena bertambahnya usia populasi yang terus menerus. Berdasarkan diskusi Forum Ilmiah Kelompok Studi Herpes Indonesia, beban penyakit ini terus meningkat dan mempengaruhi kualitas hidup lansia secara signifikan seiring bertambahnya usia. Cacar api, yang secara medis dikenal sebagai herpes zoster, muncul dari reaktivasi virus varicella-zoster (penyebab cacar air). Herpes zoster menyerang saraf ketika virus aktif kembali di dalam tubuh. Infeksi ini biasanya terjadi pada mereka yang berusia 50 tahun ke atas tetapi juga dapat terjadi pada kelompok usia manapun yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. Herpes zoster menyebabkan ruam menyakitkan yang muncul di satu sisi tubuh biasanya di area saraf tertentu (dikenal dengan istilah dermatom). Penyakit ini memiliki dampak fisik dan psikologis karena rasa sakit yang dapat berlangsung dalam waktu lama, dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari meskipun gejala di kulit telah menghilang. Hal ini dikenal dengan kondisi Neuralgia Pasca Herpes.

1. Faktor Risiko dan Penularan

 Risiko cacar api meningkat seiring bertambahnya usia, terutama yang berusia di atas 50 tahun. Penurunan imunitas alami menjadi alasan utama virus menjadi aktif kembali. Selain itu, stres dan kondisi kesehatan tertentu juga dapat meningkatkan risiko. Cacar api tidak menular secara langsung. Namun mengingat penyakit cacar api berasal dari reaktivasi cacar air, maka perlu diketahui juga bahwa seseorang yang belum pernah terinfeksi cacar air atau belum divaksinasi dapat tertular cacar air jika melakukan kontak langsung dengan luka penderita cacar api, melalui cairan pada gelembung ruam kulit, melalui batuk atau bersin (virus terhirup oleh orang lain), ataupun melalui benda yang terkontaminasi.

2. Gejala

  • Gejala Awal: Gejala ruam akan diawali oleh nyeri otot/tulang, gatal, atau kesemutan di area tertentu hingga sensasi terbakar ringan sampai sedang. Gejala ini dapat disertai malaise, demam ringan, dan sakit kepala.
  • Ruam Khas:Ruam akan berkembang menjadi bintik papul, kemudian menjadi vesikel jernih berkelompok, lalu menjadi vesikel keruh hingga akhirnya pecah dan menjadi keropeng dalam waktu 7–10 hari.
  • Neuralgia Pasca Herpetik (NPH): Komplikasi paling umum yang paling sering muncul dari Herpes Zoster.Nyeri ini mempengaruhi saraf jangka panjang yang terjadi di area yang terkena ruam  Nyeri ini dapat bertahan selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah ruam tersebut hilang.
  • Komplikasi Lain:Dalam beberapa kasus, cacar api dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi kulit, kehilangan penglihatan, atau kerusakan saraf yang lebih luas.

3. Vaksinasi

 World Health Organization (WHO) merekomendasikan integrasi vaksin cacar api ke dalam program imunisasi nasional, terutama di negara-negara dengan populasi lansia yang besar. Vaksinasi bertujuan tidak hanya untuk melindungi individu tetapi juga mengurangi beban kesehatan akibat komplikasi penyakit ini. Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah cacar api dan komplikasi jangka panjangnya. Vaksin cacar api, seperti Shingrix, bekerja dengan meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus varicella-zoster sehingga dapat mencegah reaktivasi virus. Recombinant zoster vaccine (RZV) atau vaksin zoster rekombinan seperti Shingrix, memberikan perlindungan yang kuat terhadap penyakit ini.

4. Dosis Vaksinasi

Orang dewasa berusia 50 tahun ke atas. 2 dosis (diberikan terpisah hingga 2 sampai 6 bulan).
Orang dewasa berusia 19 tahun ke atas dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat penyakit atau terapi. 2 dosis (jika diperlukan, dosis kedua dapat diberikan 1 hingga 2 bulan setelah dosis pertama).
  Siapa saja yang dianjurkan untuk Divaksinasi?
  • Orang dewasa berusia 50 tahun ke atas.
  • Individu dengan sistem imun lemah, seperti pasien yang menjalani kemoterapi atau terapi imunosupresif.
  • Mereka yang pernah mengalami cacar api, karena vaksinasi dapat mencegah kekambuhan.
Siapa saja yang tidak dianjurkan untuk Divaksinasi?
  • Saat sedang mengalami cacar api aktif.
  • Hamil/menyusui.
  • Mereka dengan alergi berat terhadap komponen vaksin.

5. Efek samping vaksinasi

 Efek setelah vaksinasi yang paling umum adalah nyeri, bengkak, atau kemerahan di lokasi suntikan. Serta kelelahan, demam ringan, atau nyeri otot yang biasanya hilang dalam 2–3 hari.

6. Mengapa Vaksinasi Penting?

 Cacar api bukan hanya penyakit yang menyakitkan, tetapi juga berisiko menyebabkan nyeri kronis yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Dengan vaksinasi, risiko terkena cacar api dan komplikasinya dapat diminimalkan secara signifikan. Perlu diketahui bahwa setelah seseorang sembuh dari cacar api, virus ini tidak hilang dari tubuh, melainkan “dormant” di sistem saraf dan dapat aktif kembali seiring waktu, terutama pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun.

7. Pencegahan dan Perawatan

 Selain vaksinasi, menjaga kesehatan dan memperhatikan imun tubuh melalui pola hidup sehat seperti mengelola stres, berolahraga, dan menjaga pola makan dapat membantu memperkuat imun dan mencegah reaktivasi virus Herpes zoster. Olahraga teratur dikatakan dapat meningkatkan fungsi imun dan sangat baik untuk lansia yang rentan oleh penyakit ini.

8. Mengapa Herpes Zoster (Cacar Api) harus dicegah?

Herpes zoster tidak hanya menyebabkan sedikit rasa sakit sementara, tetapi juga dapat menyebabkan masalah jangka panjang, terutama pada orang lanjut usia, yang mana masalah terkait saraf tersebut dapat berdampak besar pada kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, vaksinasi merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mencegah dampak serius dari penyakit ini. Dengan melindungi diri anda dari infeksi dan komplikasinya, vaksinasi juga membantu mengurangi beban layanan kesehatan dan yang terpenting dengan vaksinasi anda tidak menularkan penyakit ini ke orang lain. Segera lakukan vaksinasi di Kimia Farma Laboratorium & Klinik terdekat untuk melindungi diri anda. Vaksinasi sesuai ketentuan yang ada dapat menjadi perlindungan terbaik untuk menghindari risiko yang terkait dengan herpes zoster di masa depan.

References:
  • (2021, June). What does shingles look like? Accessed December 2024, from https://www.healthline.com/health/shingles-pictures
  • Simpson, R. J. (2017, October 19). Cardiorespiratory fitness is associated with better control of latent herpesvirus infections in a large ethnically diverse community sample: Evidence from the Texas City Stress and Health Study. Brain, Behavior, and Immunity. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0889159117303550
  • Centers for Disease Control and Prevention. (2024, May 10).Clinical overview of shingles (herpes zoster). https://www.cdc.gov/shingles/hcp/clinical-overview/index.html
  • National Center for Immunisation Research and Surveillance. (2021, June). Zoster vaccine for Australian adults. Accessed December 2024, https://ncirs.org.au/ncirs-fact-sheets-faqs/zoster-vaccine-australian-adults
  • Centers for Disease Control and Prevention. (n.d.). Shingles vaccination. Accessed December 2024, from https://www.cdc.gov/shingles/vaccines/index.html
 

Syarat dan ketentuan

× Contact Us!