Artikel
Mengenal Tetanus: Ancaman Tersembunyi dari Luka Kecil
- Kimia Farma Laboratorium & Klinik

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani dalam bentuk spora. Spora ini tersebar luas di lingkungan (terutama di tanah, abu, saluran pencernaan, kotoran hewan maupun manusia) serta ditemukan pada permukaan kulit atau benda berkarat (seperti paku, jarum dan kawat berduri). Tetanus dapat menyebar melalui luka sebagai pintu masuk clostridium tetani karena daya tahannya yang tinggi terhadap panas dan antiseptik. Inilah mengapa bakteri tetanus dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Di banyak negara termasuk Indonesia, khususnya di wilayah berpendapatan rendah, tetanus masih menjadi masalah kesehatan global yang harus segera diatasi. Hal ini berpotensi menyebabkan cakupan angka imunisasi yang rendah di wilayah bersangkutan. Tetanus dapat menyerang berbagai usia, meskipun lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dan ibu hamil yang belum mendapatkan vaksinasi tetanus toksoid secara memadai. Jika infeksi tetanus terjadi selama kehamilan ataupun dalam enam minggu pasca persalinan maka akan disebut sebagai tetanus maternal atau non-neonatal. Namun, jika menyerang bayi dalam 28 hari pertama kehidupannya maka disebut sebagai tetanus neonatal.
-
Penyebaran Bakteri
Tetanus menyebar melalui kontaminasi langsung pada luka terbuka atau kulit yang tidak utuh. Pada kasus tetanus non-neonatal, infeksi biasanya terjadi ketika spora bakteri masuk ke dalam luka yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi tetanus, antara lain:
-
- Luka yang terpapar tanah, kotoran hewan-manusiaatau air liur,
- Jaringan yang rusak seperti luka bakar,
- Cedera akibat benturan keras (crush injury)
- Luka tusuk yang dalam.
Meski demikian, sebagai sebuah kewaspadaan, luka yang tampak bersih sekalipun tanpa adanya tanda kontaminasi tetap berpotensi terpapar spora tetanus. Selain itu, berbagai kondisi medis telah dikaitkan dengan risiko infeksi tetanus, seperti komplikasi akibat aborsi, infeksi gigi, penggunaan obat suntik, infeksi telinga tengah (otitis media), kehamilan, hingga tindakan bedah. Sementara itu, pada kasus tetanus neonatal, infeksi umumnya terjadi ketika tali pusar bayi terkontaminasi oleh spora bakteri akibat praktik persalinan yang tidak higienis. Berbeda dengan banyak penyakit menular lainnya, tetanus tidak ditularkan secara langsung antar individu melainkan akibat kontaminasi langsung bakteri tetanus.
-
Gejala
Sebagian besar kasus tetanus muncul dalam waktu 14 hari setelah terpapar. Gejala yang dapat muncul meliputi:
-
- Kekakuan atau kram pada rahang hingga kesulitan membuka mulut (lockjaw).
- Kejang otot yang sering terjadi di punggung, perut dan anggota tubuh.
- Spasme otot yang tiba-tiba dan menyakitkan, sering kali dipicu oleh suara keras atau kejutan mendadak.
- Kesulitan menelan.
- Kejang.
- Sakit kepala.
- Demam disertai keringat berlebih.
- Perubahan tekanan darah.
- Detak jantung yang cepat.
- Pada kasus tetanus neonatal, gejala umumnya diawali dengan bayi yang mengalami kesulitan menyusu atau refleks hisap yang melemah serta menangis berlebihan. Setelah itu, bayi mengalami kejang otot yang semakin memburuk.
Pada infeksi yang serius, tetanus dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, termasuk:
-
- Laryngospasme, yaitu kejang pada pita suara yang tidak terkendali.
- Fraktur, yaitu patah tulang akibat kejang otot yang kuat.
- Emboli paru, yaitu penyumbatan pada paru-paru yang disebabkan oleh gumpalan darah.
- Pneumonia aspirasi, yaitu infeksi paru-paru akibat masuknya cairan seperti air liur atau muntah ke dalam saluran pernapasan.
- Gangguan pernapasan, yang dapat berujung pada kesulitan bernapas hingga kegagalan pernapasan.
Tetanus juga memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi di berbagai negara. Menurut data WHO yang pernah dipublikasikan pada tahun 2020, Kematian tetanus di Indonesia mencapai 2,742 atau 0.16% dari total kematian. Tingkat kematian yang disesuaikan menurut usia adalah 1.13 per 100.000 dan menduduki peringkat ke 22 di dunia.
-
Diagnosis
Diagnosis tetanus biasanya didasarkan pada gejala klinis tanpa perlu pengujian laboratorium. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan pasien. Biasanya dokter akan memeriksa jika ada luka yang dicurigai sebagai pintu masuk bakteri.
-
Pencegahan
Tetanus merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan perawatan di rumah sakit dengan segera termasuk pemberian tetanus immune globulin (TIG) sesegera mungkin. Selain itu, diperlukan juga penanganan luka secara intensif, obat untuk meredakan kejang otot dan antibiotik. Tetanus dapat berujung pada kondisi yang berat hingga mengancam nyawa, sehingga pencegahan infeksi ini sangat dianjurkan. Pencegahan terbaik adalah melalui vaksinasi tetanus. Perlu diketahui bahwa riwayat pernah terinfeksi tetanus tidak memberikan kekebalan alami, seseorang yang pernah sembuh tetap berisiko terinfeksi kembali. Mengingat luka merupakan pintu masuk bakteri tetanus maka untuk mengurangi risiko tetanus, perawatan luka yang tepat sangatlah penting, yaitu:
-
- Segera bersihkan luka dengan air mengalir dan sabun antiseptik untuk menghilangkan kotoran serta mengurangi risiko infeksi.
- Gunakan antiseptik untuk membunuh bakteri.
- Tutup luka dengan perban steril, terutama jika luka berada di area yang sering terpapar kotoran.
- Perhatikan tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, pembengkakan, nanah atau nyeri yang bertambah. Jika ada gejala tersebut, segera cari pertolongan medis.
- Jika luka akibat tertusuk benda tajam, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pembersihan dan eksplorasi luka.
-
Vaksinasi Tetanus
Vaksinasi adalah langkah utama dalam pencegahan tetanus. Di Indonesia, tersedia beberapa jenis vaksin kombinasi yang melindungi terhadap tetanus, antara lain:
-
- DPT-HB-Hib: vaksin yang melindungi dari difteri, pertussis(batuk rejan), tetanus, hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae type B.
- DT: vaksin yang melindungi dari difteri dan tetanus.
- TD: vaksin yang melindungi dari tetanus dan difteri dengan dosis toksoid difteri yang lebih rendah.
Untuk mencegah tetanus maternal dan neonatal, imunisasi pada wanita usia reproduktif sangat penting, baik selama kehamilan maupun di luar kehamilan. Selain itu, praktik medis yang bersih seperti persalinan yang higienis berperan signifikan dalam pencegahan tetanus.
-
Dosis Vaksinasi
TTCV atau vaksin yang mengandung tetanus toksoid adalah vaksin yang digunakan untuk memberikan imunitas terhadap tetanus, penyakit yang disebabkan oleh bakteri clostridium tetani, melalui imunisasi terhadap toksin yang dihasilkannya. Untuk mendapatkan perlindungan seumur hidup World Health Organization merekomendasikan 6 dosis vaksin TTCV, yang terdiri dari:
Bagi mereka yang tidak memiliki catatan vaksinasi tetanus sejak masa anak-anak, disarankan untuk mendapatkan minimal 3 dosis vaksin TTCV sebagai rangkaian dasar. Jadwal pemberiannya adalah sebagai berikut:
-
- Dosis pertama:dapat diberikan mulai usia 6 minggu.
- Dosis kedua dan ketiga:harus diberikan dengan jeda minimal 4 minggu dari dosis sebelumnya.
- Dosis booster(penguat): diberikan pada usia:
-
-
- 12– 23 bulan (tahun kedua kehidupan)
- 4– 7 tahun
- 9– 15 tahun
-
Idealnya, setiap dosis booster diberikan dengan jarak minimal 4 tahun dari dosis terakhir untuk memastikan perlindungan jangka panjang.
-
Siapa yang harus divaksin?
-
- Bayi dan anak-anak.
- Remaja dan pra-remaja.
- Ibu hamil (untuk mencegah batuk rejan pada bayi baru lahir).
- Orang dewasa.
- Tambahan petugas kesehatan yang memiliki kontak langsung dengan pasien, caregiverlansia, babysitter, orang dewasa yang mengalami luka berisiko.
-
Siapa yang tidak dianjurkan?
Sebagian besar individu disarankan untuk menerima vaksin tetanus. Namun, anak-anak yang pernah mengalami reaksi alergi parah (anafilaksis) setelah dosis vaksin sebelumnya atau terhadap komponen tertentu dalam vaksin sebaiknya tidak menerima vaksin ini. Selain itu, anak-anak dengan kondisi medis tertentu yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh mungkin perlu menghindari vaksin tetanus. Mereka yang memiliki epilepsi dan penyakit saraf lainnya sebaiknya tidak diberikan, ditunda, atau diberikan berdasarkan pertimbangan dokter spesialis saraf.
-
Mengapa harus vaksinasi?
Tetanus adalah kondisi serius yang mengancam jiwa disebabkan oleh infeksi bakteri yang menghasilkan racun yang menyerang sistem saraf. Racun ini menyebabkan otot-otot menjadi kaku dan tegang, terutama di area rahang dan leher. Penyakit ini juga dapat mengganggu pernapasan yang berpotensi mengancam nyawa dan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan Anda dan keluarga menerima vaksinasi tetanus lengkap sesuai jadwal yang direkomendasikan. Vaksinasi tidak hanya melindungi diri sendiri tetapi juga membantu mencegah penyebaran penyakit ini di masyarakat.
References:
- Centers for Disease Control and Prevention. (2024). Clinical Guidance for Wound Management to Prevent Tetanus. Diakses pada 8 Februari 2025, dari https://www.cdc.gov/tetanus/hcp/clinical-guidance/index.html
- Centers for Disease Control and Prevention. (2024). Tetanus vaccination. Diakses pada 10 Februari 2025, dari https://www.cdc.gov/tetanus/vaccines/index.html
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Tetanus. Diakses pada 6 Februari 2025, dari https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/imunisasi/tetanus
- National Health Service. (2023). Tetanus. Diakses pada 10 Februari 2025, dari https://www.nhs.uk/conditions/tetanus/
- World Health Organization. (2024.). Tetanus. Diakses pada 10 Februari 2025, dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tetanus