Kimia Farma Laboratorium & Klinik

Artikel

Menyelami Dunia Vaksin RSV untuk Kesehatan Lebih Baik

  1. Vaksin RSV

Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah pada bayi dan anak-anak usia dini. Virus ini sering menyebabkan penyakit pernapasan serius, seperti bronkiolitis dan pneumonia. Meski demikian, virus ini juga dapat menyebabkan infeksi parah pada kelompok tertentu, termasuk bayi berusia 12 bulan ke bawah terutama yang lahir prematur, lansia, individu dengan penyakit jantung atau paru-paru, serta mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah (immunocompromised). Saat ini vaksin RSV belum diwajibkan di Indonesia. Namun, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah menambahkan vaksin RSV dalam jadwal imunisasi dewasa tahun 2025, terutama ditujukan untuk lansia dan individu dengan kondisi medis kronis. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum mewajibkan vaksinasi RSV untuk anak-anak. Meski demikian, vaksin RSV tetap penting karena mampu mencegah komplikasi berat, seperti pneumonia dan rawat inap, terutama pada orang dengan kondisi kesehatan tertentu. CDC (Centers for Disease Control and Prevention) juga merekomendasikan vaksin ini untuk lansia karena terbukti efektif memberikan perlindungan minimal dua tahun dengan manfaat yang jauh melebihi potensi efek samping yang ringan dan jarang terjadi. Penularan RSV umumnya terjadi melalui droplet yang dapat terhirup oleh orang lain atau jatuh ke permukaan benda, di mana virus dapat bertahan selama beberapa jam.

  1. Gejala

Gejala infeksi virus respiratory syncytial (RSV) biasanya muncul dalam empat hingga enam hari setelah terpapar. Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar, infeksi ini umumnya bersifat ringan dan menyerupai flu biasa dengan tanda-tanda seperti hidung tersumbat atau berair, batuk kering, demam ringan, sakit tenggorokan, bersin, dan sakit kepala. Namun dalam kasus yang lebih parah, RSV dapat menyebar ke saluran pernapasan bawah dan menyebabkan bronkitis atau pneumonia akibat peradangan pada saluran napas kecil di paru-paru. Kondisi ini ditandai dengan gejala seperti:

    • Demam.
    • Batuk parah.
    • Mengi yang terdengar saat menghembuskan napas.
    • Napas cepat.
    • Kesulitan bernapas yang membuat penderita lebih nyaman duduk dibanding berbaring.
    • Perubahan warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

Bayi, terutama yang berusia di bawah satu tahun merupakan kelompok yang paling rentan mengalami infeksi RSV berat. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai pada bayi meliputi napas pendek, dangkal dan cepat, kesulitan bernapas yang terlihat dari tarikan otot dada dan kulit saat bernapas, batuk, kesulitan menyusu, lemas atau mudah lelah (letargi), serta rewel atau mudah tersinggung. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa dapat pulih dalam satu hingga dua minggu, meskipun beberapa mungkin mengalami mengi berulang. Namun, pada bayi prematur atau individu dengan penyakit jantung dan paru kronis, infeksi RSV dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan memerlukan perawatan di rumah sakit.

  1. Pengobatan dan pencegahan

Saat ini, tidak ada pengobatan spesifik untuk RSV. Penanganan kasus RSV yang parah lebih berfokus pada perawatan suportif; seperti penyedotan lendir dari saluran pernapasan, pemberian cairan intravena untuk menjaga hidrasi, serta suplai oksigen tambahan guna membantu pernapasan. Pencegahan RSV dapat ditangani dengan gaya hidup yang sehat dan bersih. Setiap orang dapat berperan dalam mencegah penyebaran RSV maupun virus pernapasan lainnya melalui berbagai tindakan sederhana. Menjaga kebersihan diri merupakan langkah penting, seperti:

    • Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
    • Rutin mencuci atau menggunakan hand sanitizer untuk membersihkan tangan serta membersihkan permukaan benda yang sering disentuh.
    • Menjaga kualitas udara, misalnya dengan memastikan sirkulasi udara yang baik, menggunakan alat pemurni udara di dalam ruangan atau memilih berkumpul di ruang terbuka.
    • Apabila sedang mengalami gejala sakit, sebaiknya tetap berada di rumah dan menghindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan. Selalu kenakan masker, menjaga jarak fisik dan melakukan tes kesehatan selama gejala masih ada.
  1. Vaksin RSV

Vaksin RSV direkomendasikan untuk semua orang dewasa berusia 75 tahun ke atas serta untuk kelompok usia 60 hingga 74 tahun yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi RSV berat. Untuk melindungi bayi dari risiko infeksi RSV berat, terdapat dua jenis imunisasi yang disarankan yaitu vaksin RSV untuk ibu hamil seperti Abrysvo dan Pfizer yang diberikan selama masa kehamilan, serta antibodi monoklonal RSV yang diberikan langsung kepada bayi setelah lahir.

Menurut panduan resmi, vaksin RSV untuk ibu hamil bertujuan memberikan perlindungan pasif kepada bayi sejak dalam kandungan hingga beberapa bulan pertama kehidupan saat sistem imun bayi belum berkembang sempurna. Sementara itu, antibodi RSV seperti nirsevimab, diberikan kepada bayi baru lahir atau bayi dengan risiko tinggi sebagai upaya pencegahan langsung terhadap infeksi RSV parah. Dengan demikian, kedua jenis pencegahan ini dibedakan berdasarkan waktu dan cara pemberiannya yaitu; vaksin untuk ibu selama kehamilan dan antibodi untuk bayi pasca kelahiran. Keduanya bertujuan meminimalkan risiko komplikasi serius akibat RSV pada bayi.

CDC merekomendasikan vaksin RSV untuk ibu hamil pada usia kehamilan 32–36 minggu. Idealnya, vaksin diberikan menjelang atau selama musim RSV sedang memuncak agar bayi mendapatkan perlindungan optimal selama 6 bulan pertama kehidupannya. Hal ini memungkinkan transfer antibodi terhadap RSV melalui plasenta ke janin. Dengan cara ini, bayi akan mendapatkan perlindungan selama sekitar enam bulan setelah lahir. Selain itu, terdapat antibodi monoklonal yang bekerja dalam jangka panjang untuk melawan RSV. Produk ini diberikan melalui injeksi intramuskular kepada bayi sebelum musim RSV dimulai.

Pemberian antibodi RSV juga dapat diberikan kepada anak-anak berusia 8 hingga 19 bulan yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi RSV berat seperti bayi prematur, anak dengan penyakit paru kronis, gangguan imun, atau fibrosis kistik (cystic fibrosis) parah. Antibodi ini mampu memberikan perlindungan terhadap RSV selama setidaknya lima bulan.

  1. Dosis Vaksin

Vaksin RSV yang tersedia di Indonesia diantaranya: Vaksin Abrysvo® dan Vaksin Arexvy®. Dosis vaksin Respiratory Syncytial Virus (RSV) untuk lansia umur 60 tahun ke atas diberikan 1 dosis untuk perlindungan seumur hidup.

  1. Siapa yang harus divaksinasi?

CDC merekomendasikan vaksin RSV untuk seluruh orang dewasa berusia 75 tahun ke atas, serta bagi individu berusia 60 hingga 74 tahun yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi RSV berat. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi RSV parah antara lain penyakit jantung atau paru kronis, gangguan sistem imun, kondisi medis tertentu lainnya serta tinggal di panti jompo atau fasilitas perawatan jangka panjang.

  1. Efek samping

Efek samping yang paling sering muncul setelah menerima vaksin RSV umumnya bersifat ringan dan hanya berlangsung dalam waktu singkat. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi meliputi nyeri atau pembengkakan di area tubuh yang disuntik, sakit kepala serta pegal-pegal pada tubuh.

Efek samping serius seperti reaksi alergi berat, sangat jarang terjadi. Namun, petugas kesehatan yang memberikan vaksin telah terlatih untuk menangani dan memberikan pertolongan segera jika terjadi reaksi alergi.

Yuk vaksin RSV!

Vaksin RSV memiliki peran penting dalam melindungi kelompok rentan seperti bayi, lansia dan individu dengan penyakit kronis dari risiko infeksi saluran pernapasan berat yang dapat membahayakan nyawa. Pemberian vaksin ini terbukti efektif dalam mencegah komplikasi serius akibat RSV, sehingga menjadi langkah pencegahan yang sangat dianjurkan terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Untuk mendapatkan vaksin RSV, Anda dapat mengunjungi Kimia Farma Laboratorium & Klinik terdekat dan berkonsultasi langsung dengan tenaga medis profesional.

 
References:
    • Centers for Disease Control and Prevention. (2024). Respiratory syncytial virus infection (RSV). https://www.cdc.gov/rsv/index.html
    • National Foundation for Infectious Diseases. (2024). RSV fact sheet. https://www.nfid.org/resource/rsv-fact-sheet/
    • National Health Service. (2024). RSV vaccine. https://www.nhs.uk/vaccinations/rsv-vaccine/
    • World Health Organization. (2023). Respiratory syncytial virus (RSV). https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/respiratory-syncytial-virus-(rsv)

Syarat dan ketentuan

× Contact Us!