Artikel
Sebuah Perisai Imun: Pentingnya Vaksin HPV Bagi Semua Kalangan
- dr. Rosa Puspita
Infeksi Human Papilomavirus (HPV) merupakan masalah kesehatan yang serius tidak hanya bagi perempuan namun juga untuk laki-laki. Infeksi HPV sering kali tidak menimbulkan gejala dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu tertentu. Akibatnya, banyak infeksi yang tidak terdeteksi. Human Papillomavirus (HPV) adalah virus yang dapat menyerang kulit dan selaput lendir, seperti pada area kelamin, mulut, dan tenggorokan. Virus ini menginfeksi terutama melalui jalur kontak seksual (vaginal, anal, maupun oral). Meski jarang bergejala, terdapat beberapa tipe HPV yang menyebabkan perubahan sel dan berisiko memicu kanker serviks (leher rahim), kanker anus, kanker penis, serta kanker tenggorokan yaitu tipe 16 dan 18. Pada perempuan, skrining untuk mendeteksi dini adanya perubahan sel berisiko kanker akibat HPV dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan rutin, misalnya: Pap smear atau tes HPV. Namun sayangnya pada laki-laki masih belum ada tes skrining rutin sebagai deteksi dini infeksi virus ini. Untuk itulah, vaksinasi HPV merupakan langkah pencegahan efektif untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasi serius akibat infeksi HPV.
Seiring dengan vaksinasi HPV yang mampu mengurangi risiko kanker mengancam jiwa, hal ini tentu berdampak pada penurunan risiko biaya pengobatan yang tinggi di masa depan. Mencegah lebih baik daripada mengobati! Pencegahan melalui vaksinasi menjadi lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan mahalnya pengobatan yang harus dikeluarkan jika kanker sudah berkembang, bahkan seringkali memerlukan perawatan medis jangka panjang dan intensif. Pemberian vaksin HPV pada usia muda (sebelum seseorang terpapar) dapat mengurangi risiko kanker serviks hingga 90%. Untuk itulah vaksin HPV juga berperan dalam melindungi generasi mendatang dengan mengurangi beban kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Vaksinasi secara menyeluruh dapat menciptakan herd immunity (kekebalan kelompok) yang dapat memberikan perlindungan pada mereka yang tidak terlindungi dan tidak dapat mengakses vaksinasi ini karena kondisi tertentu.
1. Jenis Vaksinasi HPV
Terdapat berbagai jenis vaksin HPV yang tersedia di pasaran, masing-masing memiliki manfaat perlindungan terhadap berbagai tipe HPV yang berisiko tinggi antara lain: tipe vaksin bivalent, vaksin quadrivalent, dan vaksin nonavalent.
a. Vaksin Bivalent (Cervarix)
Vaksin bivalent ini memberikan perlindungan terhadap dua tipe HPV utama yang berisiko tinggi, yaitu HPV tipe 16 dan 18. Kedua tipe ini adalah penyebab utama kanker serviks maupun beberapa kanker lainnya. Meskipun hanya melindungi terhadap dua tipe HPV, namun vaksin ini tetap efektif dalam mengurangi risiko infeksi HPV pada perempuan.
b. Vaksin Quadrivalent (Gardasil)
Vaksin ini memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan tipe bivalent karena memberikan perlindungan terhadap empat tipe HPV: HPV 6, 11, 16, dan 18. Tipe HPV 6 dan 11 berperan atas sebagian besar kasus kutil kelamin, sedangkan tipe 16 dan 18 berperan utama terhadap kanker serviks dan kanker lainnya. Vaksin jenis ini tersedia untuk baik perempuan maupun laki-laki.
c. Vaksin Nonavalent (Gardasil 9)
Vaksin ini dapat diberikan pada perempuan dan laki-laki. Vaksin nonavalent merupakan jenis terbaru yang memberikan perlindungan terhadap sembilan tipe HPV yang paling umum dan berisiko tinggi, yaitu HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58. Gardasil 9 tidak hanya melindungi dari risiko kanker serviks, tetapi juga dari kanker anus, kanker tenggorokan, kanker vulva, kanker vagina, serta kutil kelamin.
2. Indikasi dan Jadwal Pemberian Vaksin
Indikasi vaksin HPV mencakup anak-anak, remaja, dewasa muda, dan individu risiko tinggi. Vaksin ini dapat diberikan pada usia 9 tahun hingga 45 tahun, baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah (seperti penderita HIV/AIDS, pengguna obat imunosupresan, atau mereka yang telah menjalani transplantasi organ) sangat disarankan untuk mendapatkan vaksin HPV, karena risiko infeksi yang lebih rentan. Bagi individu dengan risiko tinggi terpapar HPV, misalnya bagi mereka yang aktif secara seksual pada usia muda atau memiliki banyak pasangan seksual, juga dianjurkan untuk mendapatkan vaksin HPV.
Pemberian vaksin HPV dapat diberikan pada usia anak–anak maupun dewasa, yang mana terdapat perbedaan dalam jadwal pemberian vaksin sesuai target usia:
- Pada masa anak-anak/ remaja (9-15 tahun) berjenis kelamin perempuan atau laki-laki, vaksin ini diberikan dalam dua dosis yang diberikan dengan jarak 6 bulan hingga 12 bulan antar suntikan. Dosis kedua bertujuan untuk memperkuat dan memberikan perlindungan jangka panjang.
- Pada usia lebih tua maupun usia dewasa (pria maupun wanita) usia 16-45 tahun, vaksin HPV diberikan dalam tiga dosis dengan jarak tertentu setiap dosis yakni dengan pola bulan ke-0, ke-1 sampai 2, dan ke-6.
3. Keamanan, Efektivitas, dan Efek samping Vaksin HPV
Semua vaksin HPV yang tersedia saat ini telah teruji klinis, terbukti aman, serta efektif dalam mencegah infeksi HPV. Efek samping yang umum bersifat ringan meliputi kemerahan, bengkak, nyeri pada area suntikan, demam ringan, sakit kepala atau rasa pusing, lemas, mual, dan nyeri otot. Efek samping ini dapat muncul dalam hitungan jam hingga 1-2 hari pasca suntikan. Vaksinasi HPV dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak perempuan dan laki-laki sebelum mereka terpapar HPV (usia 9 tahun sampai 14 tahun). Meski demikian, vaksinasi masih bisa dilakukan pada usia lebih tua. Pada usia dewasa, vaksin ini tetap bermanfaat walaupun efektivitasnya akan lebih tinggi jika diberikan sebelum aktif secara seksual.
4. Mitos dan Fakta seputar Vaksin HPV di Masyarakat
Berbagai mitos dan kesalahpahaman yang beredar seputar vaksin HPV di masyarakat. Tidak jarang ketakutan-ketakutan akibat berbagai mitos menjadi sumber keraguan untuk memutuskan vaksinasi HPV. Berikut adalah beberapa mitos di antaranya yang perlu diklarifikasi:
Mitos | Fakta |
Vaksin HPV hanya untuk perempuan. | Vaksin HPV direkomendasikan untuk pria dan wanita. Pada pria, HPV dapat menyebabkan kanker terkait HPV (kanker anus, kanker tenggorokan, dan kanker penis). |
Vaksin HPV dapat menyebabkan kanker atau efek samping berbahaya. | Vaksin HPV telah teruji klinis ketat dan aman. Efek samping yang sering terjadi bersifat ringan, misalnya: nyeri di tempat suntikan, demam ringan, atau sakit kepala. |
Vaksin HPV tidak efektif setelah seseorang terinfeksi HPV | Vaksin HPV lebih efektif ketika diberikan sebelum seseorang terinfeksi HPV. Meski demikian, pada mereka yang pernah terinfeksi HPV tertentu, vaksin ini masih bisa memberikan perlindungan terhadap tipe HPV lainnya yang belum terinfeksi. |
Vaksin HPV tidak diperlukan jika sudah berhubungan seksual. | Idealnya, HPV diberikan pada mereka yang belum aktif secara seksual. Namun, untuk mereka yang aktif secara seksual, vaksin HPV tetap memberikan perlindungan terhadap jenis HPV yang belum terinfeksi. |
Vaksin HPV dapat menyebabkan kelainan pada reproduksi atau gangguan kesuburan. | Tidak terdapat bukti ilmiah yang menyatakan bahwa vaksin HPV dapat mempengaruhi kesuburan maupun menyebabkan kelainan reproduksi. |
Vaksin HPV dapat menyebabkan masalah seksual di masa depan | Tidak terdapat bukti ilmiah yang menyatakan bahwa Vaksin HPV mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. |
Vaksin HPV sudah tidak perlu lagi jika sudah mendapatkan skrining kanker serviks (seperti pap smear). | Pap smear adalah sarana untuk mengetahui perubahan jaringan di leher rahim secara dini, sehingga pap smear bertujuan untuk skrining awal bukan memberikan perlindungan imunitas seperti yang dimiliki oleh vaksin HPV. |
Secara keseluruhan, vaksin HPV adalah langkah pencegahan yang efektif dan aman untuk semua kalangan (anak, remaja, dan dewasa) dengan memberikan perlindungan kesehatan jangka panjang, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Vaksinasi HPV adalah langkah pencegahan yang sangat penting dalam mengurangi risiko infeksi dan kanker akibat HPV. Secara tidak langsung, vaksin ini membantu mengurangi penyebaran virus di masyarakat. Vaksinasi yang luas mampu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
References:
- Garland SM, Kjaer SK. HPV vaccination and the prevention of cervical cancer. Lancet. 2020;395(10232):539-550.
- Forman D, de Martel C, Lacey CJ, Bruni L. Global burden of human papillomavirus and related diseases. Vaccine. 2012;30(F12-F23).
- Markowitz LE, Tsu V, Deeks SL, et al. Human papillomavirus vaccination: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep. 2012;61(RR-4):1-30.
- Garland SM, Lazcano-Ponce E. HPV vaccination: The promise and challenges of preventing cancer. 2016;387(10035):1137-1145.
- Joura EA, Giuliano AR, Garland SM. Human papillomavirus vaccine efficacy in preventing anogenital cancers and genital warts. Lancet. 2015;385(9976):2017-2027.
- Ferris DG, Huh WK. Gardasil 9: A review of its clinical efficacy and safety. Vaccine. 2014;32(13):1483-1489.
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Human Papillomavirus (HPV) vaccine safety. 2021. Available from: https://www.cdc.gov/vaccinesafety/vaccines/hpv-vaccine.html