Artikel
Strategi Pencegahan Efektif dan Perisai Diri dengan Vaksin Yellow Fever
- Kimia Farma Laboratorium & Klinik

Penyakit Yellow Fever atau yang dikenal sebagai demam kuning merupakan penyakit demam berdarah (hemoragik) yang disertai oleh nyamuk yang terinfeksi virus penyebab yellow fever yang merupakan virus RNA untai positif yaitu Flavivirus terutama oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga nyamuk Haemogogus sp. Namun, nyamuk dari spesies lain juga dapat menjadi vektor penularan. Virus ini menyerang inang yaitu manusia dan primata (seperti monyet) dan menyebabkan kerusakan serius pada beberapa organ tubuh termasuk hati, ginjal, jantung, dan sistem pencernaan. World Health Organization (WHO) mengatakan penyakit ini endemik di 47 negara, termasuk 34 negara di Afrika dan 13 negara di Amerika Selatan. Dua puluh tujuh negara di antara lain adalah Afrika yang diklasifikasikan sebagai negara dengan risiko tinggi yellow fever oleh Eliminate Yellow Fever (EYE). Di Indonesia, penyakit yellow fever hingga saat ini belum pernah ditemukan kasusnya. Meskipun demikian, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama bagi warga negara Indonesia yang berencana melakukan perjalanan ke wilayah dengan penyebaran tinggi.
Dalam fase toksik kasus kematian sering terjadi dan biasanya setengah dari pasien yang mengalami fase toksik hanya bertahan dalam waktu 7 sampai 10 hari kemudian meninggal dunia, sedangkan sisanya sembuh tanpa kerusakan organ yang signifikan.
Efek samping dari vaksin yellow fever biasanya ringan seperti sakit kepala, nyeri otot, demam ringan dan jarang terjadi adanya kasus serius setelah vaksinasi. Jika setelah divaksinasi mengalami demam, sakit kepala, lemas, nyeri tubuh, muntah, atau diare segera konsultasikan dengan dokter.
1. Metode Penularan
Metode penularan penyakit umumnya disebabkan oleh arboviral flavivirus yaitu virus yang ditularkan melalui vektor seperti nyamuk, kutu, atau serangga arthropoda lainnya. Dalam kasus yellow fever, penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes dan Haemagogus yang telah terinfeksi. Nyamuk-nyamuk ini aktif menggigit pada siang hari dan berkembang biak di berbagai habitat termasuk di sekitar pemukiman manusia (domestik), di kawasan hutan atau rimba (sylvatic), maupun di area yang merupakan gabungan kedua jenis habitat tersebut (semi-domestik). Yellow fever merupakan penyakit dengan dampak yang signifikan dan potensi ancaman yang tinggi terhadap kesehatan masyarakat. Selain itu, penyakit ini memiliki risiko penyebaran lintas negara, sehingga dianggap sebagai ancaman serius bagi keamanan kesehatan global. Dalam rangka pencegahan penyebaran internasional pada yellow fever, beberapa negara baik negara endemis yellow fever atau negara yang mewajibkan Sertifikat Vaksinasi Internasional di bawah Regulasi Kesehatan Internasional mewajibkan bukti vaksinasi yang dicatat dalam Sertifikat Vaksinasi Internasional (Profilaksis)2. Gejala dan tahap
Penyakit yellow fever sulit untuk didiagnosa, terutama pada tahap awal. Karena, gejalanya sering kali menyerupai penyakit lain seperti malaria, leptospirosis, hepatitis (terutama dalam bentuk fulminan), demam berdarah lainnya, infeksi flavivirus lain (seperti DBD) atau bahkan keracunan. Untuk mendeteksi virus pada tahap awal penyakit, dapat dilakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan sampel darah atau urin. Pada tahap lanjut, diperlukan pengujian tambahan untuk memastikan keberadaan antibodi terhadap virus tersebut. Tes ini dilakukan dengan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) atau Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT) untuk memberikan hasil diagnosis yang lebih akurat. Namun, dalam beberapa kasus terdapat gejala yang meliputi:Tahap pada Yellow Fever | Gejala Umum |
Tahap awal atau pada kasus ringan yaitu (3-6 hari setelah terkena paparan atau gigitan nyamuk yang terinfeksi). |
|
Tanda klasik (4-10 hari setelah timbulnya gejala dari tahap awal). |
|
Tahap lanjutan atau fase toksik (7-10 hari setelah gejala-gejala dari tahap awal dan tahap klasik timbul). | Dalam waktu 24 jam setelah gejala awal mereda, pada fase ini demam tinggi kembali muncul dan beberapa sistem organ tubuh terutama hati dan ginjal, mulai terdampak secara signifikan. Pasien mungkin mengalami trias gejala khas yellow fever yaitu: jaundice (kulit dan mata menjadi kuning, yang menjadi asal nama “demam kuning”; perdarahan (hemorrhage) baik melalui mulut, hidung, mata, maupun lambung dan urin berwarna gelap (albuminuria). Gejala lainnya yang dapat menyertai adalah nyeri perut yang disertai muntah. |
3. Pencegahan dan Penyembuhan
Pada saat ini, pengobatan dari penyakit yellow fever belum ditemukan, sebagian besar pasien yang mengalami gejala yellow fever ringan akan hilang dalam waktu tiga sampai empat hari. Tetapi, tentu saja yellow fever dapat dicegah melalui beberapa cara yaitu pengendalian vektor dan pemberian vaksinasi.- Pengendalian Vektor: Pencegahan di daerah perkotaan dapat diminimalkan dengan menghilangkan tempat perkembangbiakannyamuk, seperti genangan air di wadah penampungan dan dengan menggunakan larvasida pada tempat-tempat penyimpanan air atau lokasi lain yang memungkinkan genangan air. Selain itu, langkah pencegahan pribadi meliputi mengenakan pakaian yang menutupi tubuh untuk mengurangi paparan kulit dari nyamuk menggunakan lotion penolak nyamuk (repellent).
- Pemberian Vaksin: Vaksinasi sebagai pencegahan utama selain pengendalian vektor.
4. Vaksinasi Yellow Fever
Vaksinasi merupakan metode pencegahan yang paling efektif untuk melindungi diri dari yellow fever (demam kuning). Vaksin demam kuning telah terbukti aman, terjangkau, dan sangat efektif. Satu dosis vaksin cukup untuk memberikan perlindungan seumur hidup terhadap penyakit ini, sehingga tidak diperlukan dosis penguat (booster). Efektivitas vaksin ini sangat tinggi, dengan kekebalan mulai terbentuk pada 80–100% orang yang divaksinasi dalam waktu 10 hari setelah pemberian. Dalam waktu 30 hari, lebih dari 99% individu yang telah divaksinasi akan memiliki kekebalan yang optimal terhadap yellow fever. Oleh karena itu, vaksinasi tidak hanya melindungi individu, tetapi juga berkontribusi secara signifikan dalam mencegah penyebaran wabah di populasi yang lebih luas. Vaksinasi tidak dapat berikan kepada kelompok dengan ciri ciri sebagai berikut:- Hipersensitivitas terhadap salah satu komponen vaksin.
- Riwayat alergi berat terhadap vaksin yellow fever
- Riwayat imunodefisiensi kehamilanatau
Anak-anak (1-18 tahun) | Dewasa | |
Lokasi penyuntikan | Subcutan | Subcutan/intramuscular |
Dosis | Diberikan cukup 1 dosis, mulai usia 9 bulan | Diberikan 1 dosis dan dapat diulang setiap 10 tahun |
Catatan | Vaksin yellow fever tidak memerlukan booster adapun pengulangan hanya jika ada kepentingan berkunjung ke daerah endemik setelah 10 tahun pasca vaksinasi. |
5. Mengapa harus vaksinasi?
Vaksinasi yellow fever merupakan langkah cerdas dalam melindungi individu, juga mencegah terjadinya wabah yang membahayakan masyarakat, terutama mengingat penyakit ini belum ada di negara Indonesia. Dengan vaksinasi yang sudah sesuai dosis dan dengan ketentuan tertentu, Anda turut berkontribusi secara signifikan dalam mencegah penyebaran dan berkembangnya wabah di populasi, terutama di negara kita. Kunjungi Kimia Farma Laboratorium dan Klinik terdekat untuk mendapatkan vaksinasi dari tenaga medis terpercaya.References:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman pencegahan dan pengendalian penyakit demam kuning. Retrieved from https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/rPL
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Frequently asked questions (FAQ) tentang demam kuning (Juli 2023). Retrieved from https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/pNy
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Pencegahan dan pengendalian penyakit demam kuning. SINKARKES. Retrieved from https://sinkarkes.kemkes.go.id/news/news_public/detail/39
- Vaxcor Indo Clinic. (n.d.). Negara endemis yellow fever. Retrieved from https://clinic.vaxcorpindo.com/docs/negara-endemis-yellow-feve