Artikel
Vaksin Pneumonia: Upaya Efektif Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
- dr. Rosa Puspita
1. Epidemiologi Pneumonia di Indonesia
Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas (penyakit atau kondisi kesehatan tertentu) dan mortalitas (jumlah kematian karena penyakit atau kondisi kesehatan tertentu) di Indonesia, terutama pada kelompok anak dan lansia. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pneumonia adalah penyebab kematian kedua tertinggi pada anak balita setelah diare. Di kalangan dewasa, terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes atau gangguan imunitas, pneumonia juga menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Faktor risiko seperti lingkungan padat, polusi udara, dan akses terbatas ke pelayanan kesehatan turut memperburuk angka kejadian pneumonia di berbagai daerah.2. Gejala Klinis, Penularan, dan Diagnosis Pneumonia
Pneumonia ditandai dengan gejala seperti demam tinggi, batuk berdahak, sesak napas, nyeri dada saat bernapas, dan kelelahan ekstrem. Pada anak-anak, gejala sering kali disertai dengan napas cepat dan cekungan dinding dada. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, dengan Streptococcus pneumoniae sebagai agen penyebab utama. Penularan dapat terjadi melalui droplet dari batuk atau bersin penderita. Diagnosis pneumonia biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik, rontgen dada, dan analisis sputum untuk mengidentifikasi patogen penyebab.3. Pencegahan Pneumonia di Masyarakat
Pencegahan pneumonia melibatkan pendekatan multifaktorial, termasuk kebersihan lingkungan, perbaikan gizi, dan akses ke pelayanan kesehatan. Cuci tangan secara rutin, ventilasi udara yang baik, dan mengurangi paparan asap rokok adalah langkah-langkah sederhana namun efektif. Pemberian ASI eksklusif pada bayi juga terbukti meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu, pengendalian penyakit penyerta seperti diabetes dan pengobatan tepat waktu atas infeksi saluran pernapasan dapat menurunkan risiko komplikasi pneumonia. Vaksinasi turut menjadi pilar pengendalian dan pencegahan kasus pneumonia di masyarakat.4. Pentingnya Vaksinasi Pneumonia dan Jenisnya
Vaksinasi merupakan langkah utama dalam pencegahan pneumonia, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan kondisi imunokompromais. Vaksin dirancang untuk melindungi tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, atau yang sering disebut pneumokokus. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit serius seperti pneumonia, meningitis, dan infeksi darah (bakteremia) terutama pada anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan yang lemah. Terdapat 2 (dua) jenis utama vaksin pneumonia yaitu:- Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)
Cara Kerja PCV
PCV bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan bakteri pneumokokus. Vaksin ini menggunakan bagian dari kapsul bakteri pneumokokus yang dikombinasikan dengan protein pembawa (carrier protein). Kombinasi ini meningkatkan respons kekebalan tubuh, bahkan pada bayi dan anak-anak yang sistem kekebalannya belum berkembang sepenuhnya.
Jenis-Jenis PCV
Ada beberapa varian PCV yang tersedia, masing-masing dirancang untuk melindungi dari berbagai serotipe pneumokokus:
-
- PCV10 (Synflorix): Melindungi terhadap 10 serotipe pneumokokus yang paling sering menyebabkan penyakit di negara berkembang, termasuk Indonesia.
- PCV13 (Prevnar 13): Melindungi terhadap 13 serotipe pneumokokus, termasuk serotipe yang sering ditemukan di negara maju.
Target Pemberian PCV
PCV dapat diberikan pada usia:
-
- Anak-Anak: PCV direkomendasikan untuk bayi mulai usia 6 minggu hingga 5 tahun, karena kelompok ini paling rentan terhadap infeksi pneumokokus.
- Dewasa: Lansia (di atas 65 tahun) dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan imunitas juga disarankan untuk menerima vaksin ini.
-
- Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPSV23)
Cara Kerja PPSV23
Vaksin jenis ini menggunakan polisakarida (rantai gula) dari kapsul bakteri pneumokokus untuk merangsang respons kekebalan tubuh. Tidak seperti PCV, PPSV23 tidak menggunakan protein pembawa (carrier protein), sehingga lebih efektif pada orang dewasa dengan sistem kekebalan yang matang.
Jenis PPSV23
PPSV23 (Pneumovax): vaksin yang dirancang untuk melindungi tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh 23 serotipe bakteri Streptococcus pneumoniae. PPSV23 efektif dalam mencegah penyakit pneumokokus invasif, terutama pada orang dewasa yang sehat. Studi menunjukkan bahwa vaksin ini mampu mengurangi risiko bacteremia hingga 75% pada individu sehat dan memberikan perlindungan tambahan pada pasien dengan penyakit kronis. Namun, efektivitas PPSV23 terhadap pneumonia non-invasif (seperti pneumonia komunitas) cenderung lebih rendah dibandingkan PCV. Oleh karena itu, kombinasi pemberian PPSV23 dan PCV13 sering digunakan pada kelompok berisiko tinggi.
Target Pemberian PPSV23
PPSV23 direkomendasikan untuk kelompok berikut:
-
- Lansia (65 Tahun atau Lebih) : lansia memiliki risiko tinggi terkena pneumonia berat dan komplikasi infeksi pneumokokus lainnya.
- Orang Dewasa dengan Kondisi Medis Khusus
- Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru-paru (misalnya, COPD atau asma).
- Gangguan sistem imun seperti HIV/AIDS, kanker, atau penggunaan obat imunosupresif.
- Kebocoran cairan otak atau implan koklea.
-
- Perokok Aktif: Perokok memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi saluran pernapasan, termasuk pneumonia.
5. Mitos Terkait Vaksin Pneumonia
Meskipun vaksin pneumonia telah terbukti efektif dan aman, berbagai mitos masih berkembang di masyarakat. Salah satu mitos yang umum adalah anggapan bahwa vaksin hanya diperuntukkan bagi anak-anak, padahal vaksin ini juga penting untuk dewasa, terutama lansia. Ada pula anggapan bahwa vaksin dapat menyebabkan pneumonia, padahal vaksin hanya mengandung antigen yang merangsang kekebalan tubuh tanpa menyebabkan penyakit. Fakta menunjukkan bahwa vaksinasi pneumonia tidak hanya melindungi individu dari komplikasi serius tetapi juga mengurangi beban layanan kesehatan secara keseluruhan. Dengan edukasi yang tepat dan perluasan program vaksinasi, diharapkan angka kejadian pneumonia di Indonesia dapat terus menurun, sehingga masyarakat lebih terlindungi dari bahaya penyakit ini.References:
- Bonten, M. J. M., Huijts, S. M., Bolkenbaas, M., et al. (2015). Polysaccharide conjugate vaccine against pneumococcal pneumonia in adults. *New England Journal of Medicine, 372*(12), 1114-1125.
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2022). Pneumococcal vaccination: For healthcare professionals. Atlanta: CDC.
- Jain, S., Self, W. H., & Wunderink, R. G. (2015). Community-acquired pneumonia requiring hospitalization. *New England Journal of Medicine, 373*(5), 415-427.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman imunisasi PCV dan PPSV untuk kelompok rentan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Pneumonia pada Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Profil Kesehatan Indonesia 2022. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- Rudan, I., Boschi-Pinto, C., Biloglav, Z., Mulholland, K., & Campbell, H. (2008). Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. *Bulletin of the World Health Organization, 86*(5), 408-416.